Total Tayangan Halaman

Sabtu, 14 Januari 2012

CHATTING DGN TUHAN...!!!

TUHAN : Kamu memanggilKu ?
AKU : Memanggilmu? Tidak.. Ini siapa ya?
TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.

AKU: Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN : Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.

AKU: Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikit pun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.
TUHAN : Benar sekali. Aktifitas memberimu kesibukan. Tapi produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu,produktifitas membebaskan waktu.

AKU: Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghidarinya.Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.
TUHAN : Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu beberapa petunjuk. Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.

AKU: OKE, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisa-lah yang membuatnya jadi rumit.

AKU: Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?
TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.

AKU: Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitubanyak ketidakpastian.
TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.

AKU: Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.TUHAN : Rasa Sakit tidak bisa dihindari, tetapi Penderitaan adalah sebuah pilihan.
AKU: Jika Penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu menderita?
TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat dimurnikan tanpa api. Orang baik melewati rintangan, tanpa menderita. Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik bukan sebaliknya.

AKU: Maksudnya pengalaman pahit itu berguna?
TUHAN : Ya. Dari segala sisi, pengalaman adalah guru yang keras. Guru pengalaman memberi ujian dulu, baru pemahamannya.

AKU: Tetapi, mengapa kami harus melalui semua ujian itu? Mengapa kami tidak dapat hidup bebas dari masalah?
TUHAN : Masalah adalah Rintangan yang ditujukan untuk meningkatkan kekuatan mental (Purposeful Roadblocks Offering Beneficial Lessons(to) Enhance Mental Strength). Kekuatan dari dalam diri bisa keluardari perjuangan dan rintangan, bukan dari berleha-leha.

AKU: Sejujurnya di tengah segala persoalan ini, kami tidak tahu kemana harus melangkah...
TUHAN : Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah. Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi. Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati memberimu arah.

AKU : Kadang-kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan?
TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain.Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain bekejaran dengan waktu.

AKU: Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?
TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada masih berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung yang harus kausyukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.

AKU : Apa yang menarik dari manusia?
TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya "Mengapa harus aku?". Jikamereka bahagia, tidak ada yang pernah bertanya "Mengapa harus aku?".
AKU: Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya disini?
TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya di sini. Ciptakan tujuanitu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.

AKU: Bagaimana saya bisa mendapat yang terbaik dalam hidup ini?
TUHAN : Hadapilah masa lalu-mu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.

AKU: Pertanyaan terakhir. Seringkali saya merasa doa-doaku tidak dijawab.
TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab. Hanya saja seringkali kamu merasa jawabannya adalah TIDAK.

AKU: Terima Kasih Tuhan atas chatting yang indah ini.
TUHAN : Oke. Teguhlah dalam iman, dan buanglah rasa takut. Hidup adalah misteri untuk dipecahkan, bukan masalah untuk diselesaikan.Percayalah padaKu. Hidup itu indah jika kamu tahu cara untuk hidup.

SEKEDAR BECANDA..^_^


tiada yang dapat kukatakan
selain indahnya parasmu dalam bayang
adalah sesuatu yang terindah saat ini

entah esok saat kita berjumpa di alam nyata
aku kan benar benar jatuh cinta melihatmu
atau kau kan lari lihat jidatku yang jenong
hidung melompong
jalanku kayak keong
pastilah dikau lari ketakutan kaya dikejar sundel bolong
aku terbengong bengong
kukejar dikau, sandalku semakin lobong
oooooooh
duasar pembohong, teriakmu masuk kegorong gorong

aku kesinggung dibilang pembohong
padahal daku buaya darat kaki pengkor
punya duit dikit selalu tekor
bagaimana dapat merenggkuh hatimu sebesar telor
membuat kepalaku semakin kopyor

lebih baik kita jalin persobatan
walau hanya di dunia maya, aku yakin kekal
salam sayang
eng ing eng
....

oalh....piye iki...konco ku edan tenan.....:))

Minggu, 08 Januari 2012

KeLuh....

Lari hanyalah sebuah metafora miskin
Bayangan yg hanya terlihat di ruang gelap
Meskipun aku salah,itu tidak sama
Tanpa wajah bergerak di otakku

Merasakan itu semua walau lemah
Tidak memiliki daya tarik yg lebih
Tapi aku bertekuk lutut
Menghentikan jantung ini untuk sementara waktu
Sekedar mengandalkan rasa yg kau beri

Pergilah..!
katakan kepada dunia
Bahwa aku tidak pernah menutup matamu akan kebenaran
Lalu renungkan apakah kebernaran itu benar..?

Kata-kata yang mengatakan tidak
Menghantui tulisan ini
Walau wajah mu tidak mengatakan
Tapi aku bisa melihatnya
Bahwasanya mereka tidak tahu siapa aku

Aku hanya setengah malam ini
Katakan bahwa yg separuh itu ada di hatimu..!
Maaf aku tersesat dalam perasaan liar ini
Yang aku pikir sudah tidak ada

Singkirkan aku tentang gagasan
Bahwa aku pernah punya hak
Tahirkanlah aku dari suci yg tidak pernah ada
Merusak agenda ku saja

Ini semua dari perasaanmu
Dan tidak ada yang kumiliki
Dan semua yang kau berikan
Kau bebas untuk mengambil
Terserah mau kaucampakkan
Atau malah mau simpan di dalam lemari..
Buatku itu kebebasan

Aku hanya mencoba bertahan
Menempel di bagian dalam mimpi
Seperti hanya mementingkan diri sendiri
Tiba-tiba pergi begitu saja

Setiap nafas, setiap kata
Tidak ada satu hal yang pantas
Dari semua bahwa aku adalah kata-kata
Meskipun tidak akan menyinggung telinga mereka

Tapi sekarang tampaknya kau kecewa
Kau ingin lebih
Karna kau bisa menjual hati di mana saja
Kau takut untuk alasan
cinta tidak bertahan apabila menyimpan satu
.........
Pada akhirnya jawaban itu ada di sini
Mungkin butuh beberapa waktu
Tapi itu lebih dari pantas ditunggu
Daripada aku tidak pernah mendengar
Kau berkata bahwa "aku keliru"

Kau mulai memilih jalan
Tetapi tidak pernah kau tanyakan
Apakah aku merasa baik atau sebaliknya
Dalam pikiranku kau akan bertanya
Ternyata tidak

Inilah langit-langit yang memisahkan kita
Terkadang itu ada di dua jiwa
Ketika percakapan berubah menjadi monolog
Aku hanya perlu diam sejenak

Malam tlah meminjamkan telinga
Kepada suara kekecewaanku
Ketika ideal memudar
Aku tidak ingin mengeluh

Aku hanya ingin mendengar
Kau mengatakan bahwa.."Aku keliru sayang"

SANG PENDAKI

Aku berjalan disebuah lorong gelap waktu. Dalam terjerembabnya jiwa dan diri, terus kucoba berjalan melewati dinding gelap gua itu.. Aku terjerembab kedalamnya ketika pendakian ini menjelang titik puncaknya. Dingin gelap kabut membuatku tak bisa melihat sebuah lubang besar di ceruk bukit, membawa luka. Sobekan-sobekan kulit yang tergerus dinding lubang tak kala jatuh tadi, tak terasa pedih lagi. Namun pedih, perih luka dibadan tidak seperih luka dihati.

Kecewa, marah bercampur malu tidak pada alam yang kugeluti, tapi lebih pada kebodohan diri untuk terjatuh dan tergeletak tanpa daya dan penuh luka didalam gua ini. Sekian lama berikutnya, mataku mulai beradaptasi. Dinding-dinding gua ini mulai kukenali. Meski rasa perih masih saja menghajar diri, namun kucoba tuk kuatkan raga kembali mencari jalan keluar dari kegelapan ini.

Aku berharap orang tua yang menunjukkan jalan kepuncak gunung ini ada disini. Biar kutonjok kepalanya yang sudah tua itu. Yang dengan wajah sok suci dan arifnya menunjukkan jalan ini padaku. Aku percaya penuh padanya. Orang-orang bilang bahwa dirinya adalah sesepuh desa yang sudah paham benar gunung ini. Akupun percaya melihat tubuhnya yang tegap kuat sebuah bukti nyata tentang data-data itu.
Namun sekali lagi, sepertinya jalur pendakian yang ditunjukkannya adalah jalur kematian para pendaki. Ah.. andai kau ada disini pak tua…
Sayup-sayup kudengar suara air mengalir dari dalam gua. Dengan menyeret kaki yang lelah, rasa haus diri menarik diriku menuju suara. Sedikit kulihat cahaya dari ceruk tanah diatas gua. Mungkin disana ada air, pikirku. Kumendekati cahaya itu…
Tiba-tiba mataku melihat sebuah tulisan. Atau lebih tepatnya beberapa tulisan yang terukir pada dinding-dinding gua. Dengan hiasan ukiran pola-pola.. yang rasa-rasanya aku mengenal itu.

Yah.. itu adalah ukiran yang sama dengan ukiran di dinding rumah pak tua penunjuk jalan yang bangsat itu… Aku yakin. Pola sulur segi-empatnya aku kenali membentuk bingkai dari tulisan itu. Ada empat bingkai tulisan. Ada empat kelompok tulisan. Ah.. permainan apalagi yang coba diberikan pak tua itu ??

Kulihat, kuraba dan kemudian coba kubaca tulisan dinding itu.

{Subhanallah}
untuk setiap kenikmatan yang tak pernah kau raih..
untuk setiap kesenangan yang tak bisa kau rasakan..
untuk setiap tawa suka yang menghibur diri..
sanggupkah kau bertasbih ?

{Alhamdulillah}
untuk setiap waktu yang engkau buang percuma…
untuk setiap harta yang tlah kau sia-siakan belaka…
untuk setiap cita-cita, harapan dan asa yang tak kau usahakan…
sanggupkah kau bertahmid ?

{La Ilaaha Illa Allah}
untuk setiap perselingkuhan hati yang sering kau nikmati..
untuk setiap percabangan kemauan yang kau jalani..
untuk setiap pujamu pada kemampuan diri..
sanggupkah kau bertahlil ?

{Allahu Akbar}
untuk setiap kegagalan dalam usahamu..
untuk setiap kesalahan yang kau buat..
untuk setiap kekurangan yang kau lakukan..
sanggupkah kau bertakbir ?

ARRRRGGGHHH…….!!!!

Saat kotak keempat selesai kubaca, tiba-tiba saja rasa sakit itu kembali merajam datang. Tubuhku bergoyang keras dan kemudian terjerembab ke sebuah lorong lain di dalam ceruk gua ini. Bajuku tersobek-sobek oleh dinding-dinding lorong yang membawaku terus menerus berguling-guling kebawah. Terantuk batu dan kemudian terlempar ketanah dengan keras tak sadarkan diri.
……………….
Tersadar diri dalam kubangan basah. Tetesan air kecil mengalir membasuh kepala. Perih dan luka itu kembali terasa. Tangan, kaki dan sekujur tubuh terasa lelah. Didera segala derita. Kuhisap sedikit air genangan itu tuk membasuh tengorokan kering. Berharap sedikit lega menyiram jiwa letih celaka. Tidak manis, tidak pahit, sedikit menyegarkan. Sedikit mengobati luka dan kemudian terdengarlah suara puisi dari kegelapan gua laknat ini…

Pria datang tanpa nama mendaki bukit egositas jiwa hendak kemana engkau mengembara wahai pemilik jiwa merana ?
Pria datang tanpa nama sejumput ilmu coba taklukan apa di depan mata. Sementara samudra dalam jiwa tak juga kau arungi hanya sungai kecil dunia kau coba kuasai ?
Pria datang tanpa nama demi cinta manusia, kaukorbankan cinta sejati demi seikat dunia, kau campakkan Ilahi. makin tinggi kau daki, makin jauh kau terperosok kini.
Apa yang kau cari wahai pria tanpa nama ? Bukankah yang ada sudah nyata di depan mata ? Bukankah dunia hanya permainan belaka ? Bukankah akhirat yang lebih nyata adanya ?

Aku diam sejenak mencoba mengenali dari mana arah suara. Aku kenal suara itu. Suara itu.. yah.. suara itu adalah suara pak tua bangsat yang menunjukkan jalur pendakian ini. Dan suara laknat itu juga yang menjerumuskanku disini.

Saat ini.. Dengan geram aku berteriak “TUA BANGKA LAKNAT !! DIMANA KAU ? KAU JERUMUSKAN AKU DIJURANG INI SAAT INI. KEMARI KAU !! KUTEBAS BATANG LEHER TUAMU UNTUK SEGALA DERITA INI !!”

Suara kakek tua itu kembali berdendang tenang dan bergema kembali..

{amarah 12:53}
“Telah bertemukah dirimu dengan Amarah ?
tatkala bara api dalam diri menyala
panas jiwa merona merah
dan masih saja engkau mengabdi padanya ?”

{lawwamah 75:2}
“Dan airmata kebodohanmu kah itu lawwamah ?
membuaimu dengan tiupan angin dalam penyesalan terdalam
sehitam gua yang kini terhampar dihadapanmu
dan masih saja engkau senandungkan lagu sendu itu ?”

{mulhamah 91:8}
“Dan kau berpaling padaNya kah wahai mulhamah ?
dari Tuhanmu yang tinggi,
mengalir air menuju diri
membentuk tempayan dirimu yang tlah kausiapkan
hingga kasih-sayangmu memancar kuning ceria ?”

{mutma’inna 89:27}
“Cahaya putih yang kaucari kah wahai mutma’inna ?
yang bisa menerangimu dalam kegelapan ini
yang mampu menenangkan diri dari kecamuk hati yang mewabah
dan menjadikan hamba sejajar dengan tanah.”

Aku terdiam, terhenyak. Tanpa kupikir, bibirku bergerak dan bertanya “Siapakah engkau ? Dimanakah engkau berada ?”
dan suara laki-laki itu bergema sekali lagi.

“Aku tak berada dimana-mana.. Aku berada di dalam dirimu sendiri. Aku adalah dirimu sendiri.”
Dan tiba-tiba sebuah cahaya menyilaukan mata membuatku tak bisa membuka mata.
Aku terdiam tak bertanya Aku tertunduk dan kemudian bersujud

Dengan lirih kuberkata..
“Maafkan aku ya Rabb, yang membiarkan kemarahan menjadi panglima..”
“Maafkan aku ya Rabb, yang membiarkan kesedihan dan kebodohan menjadi nahkoda..”
“Maafkan aku ya Rabb, yang menganggap anugerah adalah milikku jua..”
“Maafkan aku ya Rabb, yang membutakan mata pada yang lebih haqq..”
“Maafkan aku ya Rabb, yang tlah lupa diri. Maafkan aku ya Rabb..”
“hanya kepadaMu..” “hanya ridhoMu..”


"..................."

Aku sekarang adalah Bulan.
Dan tempatku pulang tentulah malam.
Kau tahu betapa setia malam menantiku kembali?
Yah, malam selalu membiarkan ku melakukan apa yang aku suka.
Aku bisa bermain seharian untuk kemudian tertidur dipelukan nya.

Malam selalu yakin, sejauh apapun bulan berlari,
dia tentu akan kembali, meskipun hanya untuk merebahkan lelah
yang kemudian membuatnya mampu berpetualang di keesokan hari.

Tapi malam tak pernah marah.
Malam selalu menunggu.
Karena malam begitu yakin bahwa hanya ia tempat bulan Berpulang

Pergilah........
Yang sudah terjadi biarkan saja terus begitu.
Waktu......
hal itu yang tak kan pernah mungkin kita kalahkan.
Waktu yang bergulir ternyata menunjukan bahwa jalan mu bukan jalan ku.

Karna kamu adalah siang....maka carilah mataharimu.....
karena aku adalah bulan,  dan malam sedang menungguku kembali pulang.

GURUN SENDIRI...

Pada sebuah senja kita bertemu dengan secarik lembar ukhuwah
Dulu, dan itu saat kulihat luka menganga di pipimu
Perlahan luka itu mengering, saat kusepuh oleh waktu dengan embun kata,
Sahabat, pergimu meranum luka di jiwa
Aku terhampar lagi pada gurun sendiri,
Waktu tak mampu kutanya saat ia menyeretmu jauh
Senyumku mungkin mengering tanpa wajahmu

Sahabat, sudahlah
Inilah fana, yang bersama akan pergi, yang bertemu akan berpisah
Sambutlah ini bilahan rindu,
Sungguh sepiku terlalu, tanpamu

Kamboja Senja...
Aku belum puas di sini
Bermain-main kata di senjamu,
Bukankah kita berjanji, di angin senja yang luruh
Dan hembusan kamboja mempesona
Sahabat, ada tetes luluh di jiwa
Namamu kini di bawa angin,
di gundukan basah kutemukan namamu..

# Mis Lia_almh : she has left us, rest in peace may all his good deeds of worship and accepted the sight of Allah SWT. amien #
Sabtu, 29 Oktober 2011 pukul 17:00 WIB

Kau Matahari dan Aku Bumi

"Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata" (WS Rendra)

Kau adalah matahari.
Pembongkar kesadaranku akan hidup.
Sinarmu, terik memercik, menyilaukan, mampu membuatku buta pada banyak hal.
Sekaligus, cahaya itu yang menjadi terang dalam gelapku.
Solarmu adalah tenaga kehidupanku, pemberi energi abadi.


Duhai, bintang pusat galaksi bima sakti, kau adalah pusat mikrokosmosku.

Aku adalah bumi.
Belajar bersabar menunggumu di tiap-tiap fajar.
Dan ketika malam tiba, aku termangu pada bulan, menantikan pantul sinarmu di permukaan bulan.
Ketika senja datang membawa resahku, aku percaya, kau tak pernah hilang ditelan ufuk.
Kau hanya berkitar pada realitas dan sejatimu yang lain.
Dan aku rela menanti pada sejati yang aku percayai.
Rotasiku mungkin tak sesempurna lingkaran.

Ia adalah elips, mengambil jarak terdekat dan terjauhnya, bergantian, untuk memberimu ruang, untuk memberiku jarak. Tapi percayalah, aku adalah bumi, berotasi padamu untuk keabadian.

Lalu cakrawala.
Di zona itu keberanian diuji.
Berani melepasmu untuk menjumpaimu lagi.
Akankah kau terlambat datang? Akankah ujian itu menghilangkan keberanianmu untuk datang lagi esok?

Matahari, tempuhlah ujianmu, bumimu memiliki ujian kesabaran untuk menunggu.
Di sanalah letak arti penantian.

Kau matahari dan aku bumi. Kita berjarak 148 juta kilometer. Berapa jarak hati kita?
Kau matahari dan aku bumi. Membutuhkan waktu 8 menit sinarmu mencapaiku, tapi prominensa mu menjulur tak berkesudahan.

Kau matahari dan aku bumi. Perjuangan kehidupan yang lebih dari kata-kata. Semoga.